Selasa, 26 Maret 2013

Kajian Kritis

Kajian Kritis merupakan suatu kegiatan membaca, menelaah, menganalisis suatu bacaan, (buku, artikel, dan laporan hasil penelitian) untuk memperoleh ide-ide, penjelasan, data pendukung yang mendukung pikiran utama serta memberikan komentar terhadap isi bacaan secara keseluruhan dari sudut pandang pengkaji.


Kajian kritis merupakan bentuk karya ilmiah yang belum begitu populer sepopuler karya ilmiah yang lain, seperti PTK, Makalah, Tinjauan ilmiah, dan yang lain-lain. istilah kajian kritis guru-guru mulai dikenalkan melalui kegiatan program mitra " BERMUTU". Walaupun sudah mulai masuk dalam tagihan peserta, namun belum banyak peserta MGMP ataupun KKG belum banyak yang melampirkan kegiatan ilmiah ini. dalam kajian kritis diperlukan ketekunan dalam membaca sebuah buku atau tulisan namun kemampuan membaca di negara kita dinilai masih cukup rendah. padahal bisa menyusun kajian kritis diawali dari membaca buku.


Buku sebagai sumber ilmu
Sumber ilmu pengetahuan yang terbanyak berupa dokumen tertulis (buku). Buku merupakan jendela dunia, hanya orang yang senang membaca yang mengetahui banyak informasi yang terjadi di permukaan bumi. Semakin banyak membaca semakin banyak informasi yang diperoleh.

Permasalahannya adalah membaca merupakan kegiatan yang sulit dilakukan dan membosankan, banyak orang suka membaca tetapi sulit memahami isi bacaan. Banyak orang yang sudah melakukan kegiatan membaca tetapi tidak memahami kebenaran informasi yang dibaca, karena tidak mengetahui teknik membaca yang efektif. Di sisi lain informasi yang ada di buku perlu dikritisi, karena buku karya segelintir orang yang memiliki keterbatasan. Sangat mungkin informasinya tidak lengkap, keliru, atau bahkan salah. Oleh karena itu diperlukan teknik membaca secara kritis. 

Ketrampilan membaca anak Indonesia masih rendah
Keterampilan membaca kebanyakan orang Indonesia sangat rendah, termasuk di dalamnya anak didik kita. The Mainstreaming Good Practices in Basic Education (MGP-BE), telah melakukan performance assesment terhadap siswa SD/MI dan SMP/MTs di 12 Kabupaten dalam 6 Propinsi, dan hasilnya sangat memprihatinkan dunia pendidikan di Indonesia. Jenis tes tersebut meliputi: kemampuan membaca, Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA untuk siswa SD/MI. Tes Kemampuan Bahasa Indonesia, Matematika dan Bahasa Inggris untuk siswa SMP/MTs.

Untuk mengetahui betapa lemahnya kemampuan membaca dan menulis siswa-siswi kita dapat dilihat sebagian hasil tes tersebut sebagai berikut:
1. Kepada Anak SD/MI Kelas Awal dilakukan dua kali tes membaca, skor rerata kemampuan membaca (tes-1 : 56,4%, tes-2 : 19,9%)
2. Kepada Anak SD/MI Kelas Tinggi dilakukan tes kemampuan membaca Bahasa Indonesia dan tes menulis dalam Bahasa Indonesia, skor rerata kemampuan membaca Bahasa Indonesia : 35,7% sedangkan skor menulis dalam Bahasa Indonesia : 38,9%
3. Kepada Anak SMP/MTs, setelah dilakukan tes kemampuan membaca Bahasa Indonesia dan tes menulis dalam Bahasa Indonesia diperoleh skor rerata kemampuan membaca Bahasa Indonesia : 58,7%, dan skor menulis dalam Bahasa Indonesia : 46,6%  

Kondisi tersebut menggambarkan betapa keterampilan membaca dan menulis anak-anak didik kita memprihatinkan. Lebih-lebih terjadi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, yang notabene sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan.

Kalau dikaji lebih jauh, kondisi tersebut terjadi pada tingkatan membaca yang paling rendah, karena hanya membaca untuk memahami dan memaknai isi bacaan, belum sampai pada tingkatan membaca yang lebih tinggi yaitu “membaca kritis” untuk memahami, memaknai, mengetahui kebenaran, dan kelengkapan informasi yang terkandung pada suatu bacaan. Gambaran tersebut akan lebih mengerikan apabila terjadi pada guru-guru kita. Oleh karena itu menjadi sangat penting dan mendesak, diberikan pelatihan khusus tentang teknik membaca kritis, agar guru Indonesia mampu melakukan membaca secara kritis, dan pada gilirannya menularkan kepada anak didiknya.

Membaca Kritis
Langkah berikut ini dapat dilakukan, apabila akan melakukan kegiatan membaca secara kritis.
1. Cara memahami isi bacaan secara cepat adalah dengan menganalisis pokok pikiran setiap alinea/paragraf. Secara umum setiap alinea/paragraf memiliki pikiran utama sebagai pokok bahasan dalam alinea tersebut. Apabila pembaca dapat mengenali pikiran utama dari alinea yang dibaca, maka pada hakekatnya sudah dapat memahami maksud bacaan. Untuk Bahasa Indonesia, pikiran utama biasanya terdapat pada awal atau akhir alinea.
2. Menangkap makna pesan yang terkandung dalam bacaan. Makna pesan adalah inti dari informasi yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Caranya adalah dengan mengenali kata-kata operasional (sering disebut dengan ”predikat” pada pola kalimat SPO – Subyek Predikat Obyek) pada pikiran utama. Contoh: apabila Saudara memiliki sebuah pikiran utama dari sebuah alinea: ”Peningkatan profesionalisme guru”, maka dapat dijelaskan bahwa kata operasionalnya adalah ”Peningkatan”, karena:
a. kata profesionalisme dan guru merupakan kata yang akan dikenai dengan kegiatan peningkatan,
b. bukan kata peningkatan yang akan dikenai dengan kegiatan profesionalisme,
c. atau kata peningkatan akan dikenai dengan kegiatan guru.
3. Meyakini atau menyangkal kebenaran isi bacaan, merupakan langkah yang paling sulit dari membaca kritis, karena pembaca harus memiliki kemampuan menjustifikasi. Untuk melakukan kegiatan tersebut pembaca harus mempunyai banyak informasi pendukung, mengetahui teknik-teknik mengutip tulisan, dapat melakukan logika universal, dan validasi informasi. 
Untuk lebih jelas silahkan download materi Kajian kritis dibawah ini
1. BBM Kajian Kritis
2. Paparan Kajian kritis
3. Contoh Kajian Kritis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar