TEKNIK-TEKNIK
SUPERVISI AKADEMIK
Kepala sekolah/madrasah hanya
akan berusaha kuat untuk memahami konsep ini jika ada komitmen yang kuat untuk
berubah dan menggerakkan guru dan siswa serta mengetahui bahwa ia akan
mendapatkan pengakuan atau penghargaan sewajarnya.
Bapak/Ibu akan
mudah mempelajari dan mempraktikkan materi kegiatan ini, jika ada kemauan
yang kuat. Bukankah, di mana ada kemauan di situ ada jalan? Konsep
teknik-teknik supervisi akademik yang sudah Bapak/Ibu praktikkan dengan sukses
melalui rencana tindak lanjut, diharapkan akan
mengubah pola pikir untuk berkreasi, berinovasi,
memecahkan masalah, berpikir kritis, dan bernaluri kewirausahaan. Selamat
belajar!
Satu di antara tugas kepala sekolah adalah
melaksanakan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara
efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal
(Glickman, at al; 2007). Oleh sebab itu,
setiap Kepala sekolah harus memiliki keterampilan teknikal berupa
kemampuan menerapkan teknik-teknik supervisi yang tepat dalam melaksanakan
supervisi akademik. Teknik-teknik supervisi akademik meliputi dua macam, yaitu: individual dan kelompok (Gwyn, 1961).
Teknik
supervisi akademik ada dua, yaitu teknik supervisi individual dan teknik
supervisi kelompok.
1. Teknik supervisi individual
Teknik
supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap guru. Supervisor di
sini hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini
akan diketahui kualitas pembelajarannya.
2. Macam-macam teknik supervisi individual
Teknik
supervisi individual ada lima macam yaitu:
a. kunjungan kelas,
b. observasi kelas,
c. pertemuan individual,
d. kunjungan antarkelas, dan
e. menilai diri sendiri.
3. Kunjungan
kelas
Kunjungan kelas adalah teknik
pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk mengamati proses pembelajaran di
kelas. Tujuannya adalah untuk menolong guru dalam mengatasi masalah di dalam
kelas.
4.
Melaksanakan kunjungan kelas
Cara melaksanakan kunjungan
kelas:
a. dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu
tergantung sifat tujuan dan masalahnya,
b. atas permintaan guru
bersangkutan,
c. sudah memiliki instrumen atau
catatan-catatan, dan
d. tujuan kunjungan harus jelas.
2. Tahap-tahap kunjungan kelas
Ada empat tahap kunjungan
kelas.
a.
Tahap persiapan. Pada tahap ini, supervisor merencanakan
waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas.
b.
Tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini,
supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung.
c.
Tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bersama
guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi.
d.
Tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut.
2.
Kriteria kunjungan kelas
Dengan menggunakan enam
kriteria yaitu:
a.
memiliki tujuan-tujuan tertentu;
b.
mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki
kemampuan guru;
c.
menggunakan instrumen observasi untuk mendapatkan data
yang obyektif;
d. terjadi interaksi antara
pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian;
e. pelaksanaan kunjungan kelas
tidak menganggu proses pembelajaran; dan
f. pelaksanaannya diikuti dengan
program tindak lanjut.
3.
Observasi kelas
Observasi
kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya
adalah untuk memperoleh data obyektif
aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam usaha
memperbaiki proses pembelajaran.
4.
Aspek-aspek yang diobservasi di dalam
kelas
Secara
umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah:
a. usaha-usaha dan aktivitas
guru-siswa dalam proses pembelajaran,
b. cara menggunakan media
pengajaran
c. variasi metode,
d. ketepatan penggunaan media
dengan materi
e. ketepatan penggunaan metode
dengan materi, dan
f. reaksi
mental para siswa dalam proses belajar mengajar.
5.
Pelaksanaan observasi kelas
Pelaksanaan
observasi kelas ini melalui tahap:
a. persiapan,
b. pelaksanaan,
c. penutupan,
d. penilaian hasil
observasi; dan
e. tindak lanjut. Supervisor: 1) sudah
siap dengan instrumen observasi, 2) menguasai masalah dan tujuan supervisi, dan 3)
observasi tidak mengganggu proses pembelajaran.
6.
Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan,
dialog, dan tukar pikiran antara supervisor guru. Tujuannya adalah:
a.
memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui
pemecahan kesulitan yang dihadapi;
b.
mengembangkan hal mengajar yang lebih baik;
c.
memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri
guru; dan
d.
menghilangkan atau menghindari segala prasangka.
7. Jenis-jenis pertemuan individual
Swearingen
(1961) mengklasifikasi empat jenis pertemuan (percakapan) individual sebagai
berikut
a. classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di dalam
kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat).
b. office-conference. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang
kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu
yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru.
c. causal-conference.
Yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara
kebetulan bertemu dengan guru
d. observational
visitation. Yaitu percakapan
individual yang dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau
observasi kelas.
8. Pelaksanaan pertemuan individual
Supervisor
harus berusaha mengembangkan segi-segi positif guru, mendorong guru mengatasi
kesulitan-kesulitannya, memberikan pengarahan, dan melakukan kesepakatan
terhadap hal-hal yang masih meragukan.
9. Kunjungan antar kelas
Kunjungan
antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain di sekolah itu
sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam pembelajaran.
10. Cara-cara melaksanakan kunjungan antar kelas
Caranya:
a. harus direncanakan;
b. guru-guru yang akan dikunjungi
harus diseleksi;
c. tentukan guru-guru yang akan
mengunjungi;
d. sediakan segala fasilitas yang
diperlukan;
e. supervisor
hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan yang cermat;
f. adakah tindak lanjut setelah
kunjungan antar kelas selesai, misalnya dalam bentuk percakapan pribadi,
penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu;
g. segera aplikasikan ke sekolah
atau ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi
yang dihadapi;
h. adakan perjanjian-perjanjian
untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.
11. Menilai diri sendiri
Menilai diri adalah penilaian
diri yang dilakukan oleh diri sendiri secara objektif. Untuk maksud itu
diperlukan kejujuran diri sendiri.
12. Cara-cara menilai diri sendiri
Caranya sebagai berikut.
a. Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan
kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya
disusun dalam bentuk pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan
tidak perlu menyebut nama.
b. Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.
c. Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka
bekerja secara individu maupun secara kelompok.
13. Supervisi kelompok
Teknik supervisi
kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada
dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan,
memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama
dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada
mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan
yang mereka hadapi. Menurut Gwynn (1961), ada tiga belas teknik supervisi
kelompok yaitu:
a. kepanitiaan-kepanitiaan,
b. kerja
kelompok,
c. laboratorium
dan kurikulum,
d. membaca
terpimpin,
e. demonstrasi
pembelajaran,
f. darmawisata,
g. kuliah/studi,
h. diskusi
panel,
i. perpustakaan,
j. organisasi
profesional,
k. buletin
supervisi,
l. pertemuan
guru,
m. lokakarya
atau konferensi kelompok
Tidak
satupun di antara teknik-teknik supervisi individual atau kelompok di atas yang
cocok atau bisa diterapkan untuk semua pembinaan guru di sekolah. Oleh sebab
itu, seorang kepala sekolah harus mampu menetapkan teknik-teknik mana yang
sekiranya mampu membina keterampilan pembelajaran seorang guru. Untuk menetapkan teknik-teknik
supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Seorang kepala sekolah, selain
harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan dibina, juga harus
mengetahui karakteristik setiap teknik di atas dan sifat atau kepribadian guru
sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan guru yang sedang
dibina melalui supervisi akademik. Sehubungan dengan kepribadian guru, Lucio
dan McNeil (1979) menyarankan agar kepala sekolah mempertimbangkan enam faktor
kepribadian guru, yaitu kebutuhan guru, minat guru, bakat guru, temperamen
guru, sikap guru, dan sifat-sifat somatic
guru.
Sumber: Materi penguatan Kepala Sekolah PMTK Kemendiknas,2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar