Selasa, 16 Juni 2015

TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI AKADEMIK

TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI AKADEMIK

Kepala sekolah/madrasah hanya akan berusaha kuat untuk memahami konsep ini jika ada komitmen yang kuat untuk berubah dan menggerakkan guru dan siswa serta mengetahui bahwa ia akan mendapatkan pengakuan atau penghargaan sewajarnya.
Bapak/Ibu akan mudah mempelajari dan mempraktikkan materi kegiatan ini, jika ada kemauan yang kuat. Bukankah, di mana ada kemauan di situ ada jalan? Konsep teknik-teknik supervisi akademik yang sudah Bapak/Ibu praktikkan dengan sukses melalui rencana tindak lanjut, diharapkan akan  mengubah pola pikir untuk berkreasi, berinovasi, memecahkan masalah, berpikir kritis, dan bernaluri kewirausahaan. Selamat belajar!



Satu di antara tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, at al; 2007). Oleh sebab itu,  setiap Kepala sekolah harus memiliki keterampilan teknikal berupa kemampuan menerapkan teknik-teknik supervisi yang tepat dalam melaksanakan supervisi akademik. Teknik-teknik supervisi akademik meliputi dua macam, yaitu: individual dan kelompok (Gwyn, 1961).

Teknik supervisi akademik ada dua, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok.
1.    Teknik supervisi individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi  perseorangan terhadap guru. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya.

2.    Macam-macam teknik supervisi individual
Teknik supervisi individual ada lima macam yaitu:
a.    kunjungan kelas,
b.    observasi kelas,
c.    pertemuan individual,
d.    kunjungan antarkelas, dan
e.    menilai diri sendiri.

3.    Kunjungan kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk mengamati proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk menolong guru dalam mengatasi masalah di dalam kelas.

4.    Melaksanakan kunjungan kelas
Cara melaksanakan kunjungan kelas:
a.    dengan  atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu tergantung sifat tujuan dan masalahnya,
b.    atas permintaan guru bersangkutan,
c.    sudah memiliki instrumen atau catatan-catatan, dan
d.    tujuan kunjungan harus jelas.

2.   Tahap-tahap kunjungan kelas
Ada empat tahap kunjungan kelas.
a.    Tahap persiapan. Pada tahap ini, supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas.
b.    Tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini, supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung.
c.    Tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi.
d.    Tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut.

2.    Kriteria kunjungan kelas
Dengan menggunakan enam kriteria yaitu:
a.    memiliki tujuan-tujuan tertentu;
b.    mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru;
c.    menggunakan instrumen observasi untuk mendapatkan data yang obyektif;
d.    terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian;
e.    pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses pembelajaran; dan
f.     pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.

3.    Observasi kelas
Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif  aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran.

4.    Aspek-aspek yang diobservasi di dalam kelas
Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah:
a.    usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran,
b.    cara menggunakan media pengajaran
c.    variasi metode,
d.    ketepatan penggunaan media dengan materi
e.    ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan
f.     reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar.

5.    Pelaksanaan observasi kelas
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahap:
a.    persiapan,
b.    pelaksanaan,
c.    penutupan,
d.    penilaian hasil observasi; dan
e.    tindak lanjut. Supervisor: 1) sudah siap dengan instrumen observasi, 2) menguasai masalah dan tujuan supervisi, dan 3) observasi tidak mengganggu proses pembelajaran.

6.      Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara supervisor guru. Tujuannya adalah:
a.    memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi;
b.    mengembangkan hal mengajar yang lebih baik;
c.    memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan
d.    menghilangkan atau menghindari segala prasangka.

7.      Jenis-jenis pertemuan individual
Swearingen (1961) mengklasifikasi empat jenis pertemuan (percakapan) individual sebagai berikut
a.    classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat).
b.    office-conference. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru.
c.    causal-conference. Yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru
d.    observational visitation. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.

8.      Pelaksanaan pertemuan individual
Supervisor harus berusaha mengembangkan segi-segi positif guru, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, memberikan pengarahan, dan melakukan kesepakatan terhadap hal-hal yang masih meragukan.

9.      Kunjungan antar kelas
Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam pembelajaran.

10.    Cara-cara melaksanakan kunjungan antar kelas
Caranya:
a.    harus direncanakan;
b.    guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi;
c.    tentukan guru-guru yang akan mengunjungi;
d.    sediakan segala fasilitas yang diperlukan;
e.    supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan yang cermat;
f.     adakah tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai, misalnya dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu;
g.    segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi;
h.    adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.

11.    Menilai diri sendiri
Menilai diri adalah penilaian diri yang dilakukan oleh diri sendiri secara objektif. Untuk maksud itu diperlukan kejujuran diri sendiri.

12.    Cara-cara menilai diri sendiri
Caranya sebagai berikut.
a.    Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan tidak perlu menyebut nama.
b.    Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.
c.    Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka bekerja secara individu maupun secara kelompok.
13.    Supervisi kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Menurut Gwynn (1961), ada tiga belas teknik supervisi kelompok yaitu:
a.    kepanitiaan-kepanitiaan,
b.    kerja kelompok,
c.    laboratorium dan kurikulum,
d.    membaca terpimpin,
e.    demonstrasi pembelajaran,
f.     darmawisata,
g.    kuliah/studi,
h.    diskusi panel,
i.      perpustakaan,
j.      organisasi profesional,
k.    buletin supervisi,
l.      pertemuan guru,
m.   lokakarya atau konferensi kelompok

Tidak satupun di antara teknik-teknik supervisi individual atau kelompok di atas yang cocok atau bisa diterapkan untuk semua pembinaan guru di sekolah. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah harus mampu menetapkan teknik-teknik mana yang sekiranya mampu membina keterampilan pembelajaran seorang guru. Untuk menetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Seorang kepala sekolah, selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan dibina, juga harus mengetahui karakteristik setiap teknik di atas dan sifat atau kepribadian guru sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan guru yang sedang dibina melalui supervisi akademik. Sehubungan dengan kepribadian guru, Lucio dan McNeil (1979) menyarankan agar kepala sekolah mempertimbangkan enam faktor kepribadian guru, yaitu kebutuhan guru, minat guru, bakat guru, temperamen guru, sikap guru, dan sifat-sifat somatic guru.

Sumber: Materi penguatan Kepala Sekolah PMTK Kemendiknas,2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar