OPINI
|
untuk Berani Berinovasi
Oleh;
Subagjo, M.MPd
Berangkat dari takut menyebut dirinya benar-benar seorang guru karena
kurang yakin dan kurang percaya diri kalau dirinya adalah seorang guru. Maka
tidak percaya bahwa yang dilakukan sehari-hari di depan kelas merupakan wujud
tindakan seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Gurupun tidak yakin
bahwa yang dilakukan adalah sebuah model pembelajaran yang mampu mengantarkan
siswa untuk berubah dan berkembang dari belum tahu menjadi tahu, dari belum
mampu menjadi mampu, dan dari belum bermoral menjadi sosok yang penuh dengan
tindakan moral.
Guru sebagai pengguna metode
dan bukan pengikut sebuah metode, semestinya seorang guru dapat menggunakan
beragam metode sesuai dengan kondisi siswa, tujuan, sarana, dan situasi. Dengan
begitu, guru akan memperoleh kenikmatan dalam mengajar karena digemari siswa,
tujuan tercapai, dan hati guru sangat puas akibat inovasi yang dilakukannya.
Guru merupakan sosok yang
sebenarnya sangat terbuka terhadap segala perubahan. Tengoklah, banyak guru
yang dengan mudah menggunakan alat-alat telekomunikasi, dengan gampang memakai
alat transportasi, dan dengan gembiranya menerima alat rumah tangga yang
semakin mudah digunakan dan cepat tersedia. Hal itu berarti, guru juga sangat
lekat dengan perubahan. Namun, mengapa perubahan di bidang pembelajaran sangat
sulit diikuti oleh para guru?
menyebabkan para guru dirasakan
sulit menerima perubahan pendidikan meskipun berkali-kali mengikuti berbagai
pelatihan pembelajaran. Pertama, banyak guru takut salah dan tidak
percaya diri dalam menerapkan pembelajaran berinovasi. Kedua, guru takut
dicela oleh temannya dan takut dianggap sok maju. Ketiga, guru takut
waktu yang tersedia dalam pembelajaran tidak cukup untuk digunakan dalam
berinovasi. Keempat, guru takut dikecam kepala sekolah dan guru lainnya
karena kelas inovasi dipandang sebagai biang kegaduhan, keramaian, dan
kericuhan. Kelima, guru takut keluar dari zona aman karena telah merasa
nyaman dengan pembelajaran tradisional yang mengental dan terukir kuat di
memorinya. Keenam, guru takut ribet dengan tugas tambahan akibat inovasi
pembelajaran.
Ketakutanlah yang menyebabkan
guru memilih asyik, nyaman menggunakan cara mengajar tradisional. Sudah saatnya
ketakutan yang tidak berdasar itu disadarkan dengan membangun keyakinan dan
kepercayaan diri guru yang bersangkutan.
Berikut mungkin dapat
disarankan agar dapat menerapkan pembelajaran dengan suka cita, bahagia, dan
sangat digemari oleh siswa-siswanya, serta tujuan pembelajaran tercapai.
Pertama, yakinlah bahwa setiap guru tanpa terkecuali dapat
berinovasi dalam pembelajarannya. Keyakinan tersebut didukung dan dibuktikan
oleh perubahan yang terjadi dalam diri guru, yakni perubahan dahulu anak-anak,
mahasiswa, dan sekarang menjadi guru tanpa terasa dan tidak disangka-sangka
sebelumnya. Artinya guru ternyata dalam lingkaran perubahan. Dunia berkembang
karena inovasi manusia dan guru adalah manusia. Dengan begitu, semua guru
pastilah dapat berinovasi. Keyakinan tersebutlah yang harus dipegang kuat-kuat
saat hendak berinovasi di kelas.
Kedua, sungai besar pasti dari sungai kecil. Untuk menjadi besar mulailah dari yang kecil-kecil. Mulailah berinovasi dari aspek yang kecil-kecil seperti mengubah tempat duduk, memvariasikan gaya berbicara di depan siswa, mengubah bentuk tulisan di papan, cobalah siswa disuruh memanggil guru dengan nama yang berbeda, dan cara-cara lain yang kecil-kecil. Dari yang kecil-kecil itu, niscaya inovasi pembelajaran juga akan turut serta dijalankan dengan hasil yang besar.
Kedua, sungai besar pasti dari sungai kecil. Untuk menjadi besar mulailah dari yang kecil-kecil. Mulailah berinovasi dari aspek yang kecil-kecil seperti mengubah tempat duduk, memvariasikan gaya berbicara di depan siswa, mengubah bentuk tulisan di papan, cobalah siswa disuruh memanggil guru dengan nama yang berbeda, dan cara-cara lain yang kecil-kecil. Dari yang kecil-kecil itu, niscaya inovasi pembelajaran juga akan turut serta dijalankan dengan hasil yang besar.
Ketiga, buatlah catatan perubahan dalam buku harian
tentang cara dan gaya mengajar setiap hari. Kemudian, lihatlah apakah ada
perubahan cara dan gaya? Jika ada perubahan berarti, inovasi pembelajaran telah
dilakukan.
Keempat, mulailah mengerti bahwa inovasi berbeda dengan
kreatif. Inovasi merupakan perubahan yang berangkat dari yang sudah ada yang
bergerak secara maju dan berkelanjutan. Kreatif merupakan perubahan yang
terjadi dari belum ada menjadi ada. Jadi, inovasi merupakan sesuatu yang wajar,
alamiah, dan seharusnya terjadi dalam diri setiap manusia.
Kelima, mintalah teman guru, siswa, atau kepala sekolah
untuk memberikan teguran manakala pembelajaran yang dilangsungkan sama dengan
hari kemarin.
Lupakan sejenak deretan nama-nama metode dan nama-nama pakar yang tampaknya semua berbau asing. Mulailah berbuat beda dari gaya dan cara mengajar sebelumnya dengan keinginan sendiri asal sesuai dengan tujuan pembelajaran. Lagu, teka-teki, TTS, sulap, kartu, boneka, gambar, benda hidup, batu, lidi, bola, gerak tubuh, dan sebagainya dapat dibawa ke dalam kelas sebagai media pembelajaran. Formulasikan fakta, konsep, prosedur, dan prinsip melalui media tersebut. Bergembiralah bersama siswa dalam memainkan media dalam nuansa pembelajaran.
Lupakan sejenak deretan nama-nama metode dan nama-nama pakar yang tampaknya semua berbau asing. Mulailah berbuat beda dari gaya dan cara mengajar sebelumnya dengan keinginan sendiri asal sesuai dengan tujuan pembelajaran. Lagu, teka-teki, TTS, sulap, kartu, boneka, gambar, benda hidup, batu, lidi, bola, gerak tubuh, dan sebagainya dapat dibawa ke dalam kelas sebagai media pembelajaran. Formulasikan fakta, konsep, prosedur, dan prinsip melalui media tersebut. Bergembiralah bersama siswa dalam memainkan media dalam nuansa pembelajaran.
Setiap ada acara pemilihan guru
favorit di sekolah atau di koran-koran pastilah guru terfavorit adalah guru
yang menyenangkan, menantang pikiran, gembira, sabar, baik hati, dan tidak
membuat mengantuk siswa saat belajar. Hal itu berarti guru yang inovatif sebenarnyalah
juga digemari oleh siswa karena sifat-sifat terpuji yang melekat dalam dirinya.
Guru merupakan sosok yang bersentuhan langsung dengan anak-anak sehingga
tingkat penyesuaian diri guru dengan diri anak juga harus tinggi. Dengan
begitu, tidak pada tempatnya guru takut berubah dan takut berinovasi.
Demikian pula ketakutan tidak
akan terjadi dalam diri guru jika semua pihak memberikan penghargaan yang kuat
terhadap kinerja guru yang ada selama ini. Penghargaan tersebut tidak hanya
diartikan dengan besaran tunjangan tetapi berupa dukungan moral, perhatian
terhadap guru inovatif, dan pemberian kebanggaan sebagai guru.
Disarikan
dari Gardu Guru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar